
Pmkotagede.org – Dalam sejarah islam tentu kita tidak bisa menghidari bentuk-bentuk dakwah perluasan dengan melalui perang. Mungkin persepsi kita selama ini akan memandang bahwa Jihad itu melalui perang.
Hal ini dibahas dalam Kajian Tarikh pada Senin (7/12/2015) bertempat di Langgar Nur Sholih, Purbayan Kotagede.
Acara yang diselenggarakan atas kerjasama Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan KOKAM Kotagede tersebut mengundang Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Kota Jogja Ghifari Yuristiadhi sebagai pembicara.
Hal ini dibahas dalam Kajian Tarikh pada Senin (7/12/2015) bertempat di Langgar Nur Sholih, Purbayan Kotagede.
Acara yang diselenggarakan atas kerjasama Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan KOKAM Kotagede tersebut mengundang Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Kota Jogja Ghifari Yuristiadhi sebagai pembicara.
Yuris mengatakan bahwa perang pada masa Rasulullah SAW berbeda dengan masa Dinasti atau kerajaan.
“Pada masa Rasulullah, perluasan-perluasan islam yang dilakukan adalah perintah langsung dari Allah SWT. Hal ini melihat dimana perintah melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi dan kemudian diperintahkan untuk dakwah terbuka. Semua ini tidak lepas dari bimbingan wahyu.” Ujar Yuris.
Namun perang yang dilakukan pada masa Rasulullah tidak serta merta langsung perang. Perang terjadi untuk melindungi diri dari ancaman musuh (missal: Perang Badar, Uhud, dsb). Sedangkan ekspansi-ekspansi yang dilakukan, sebelumnya Rasulullah lebih dahulu telah menyurati dengan baik-baik kepada raja-raja terkait dakwah ajaran islam. Namun ada yang menerima, menolak dengan baik dan menolak dengan keji yaitu dengan membunuh utusan.
“Pada masa Rasulullah, perluasan-perluasan islam yang dilakukan adalah perintah langsung dari Allah SWT. Hal ini melihat dimana perintah melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi dan kemudian diperintahkan untuk dakwah terbuka. Semua ini tidak lepas dari bimbingan wahyu.” Ujar Yuris.
Namun perang yang dilakukan pada masa Rasulullah tidak serta merta langsung perang. Perang terjadi untuk melindungi diri dari ancaman musuh (missal: Perang Badar, Uhud, dsb). Sedangkan ekspansi-ekspansi yang dilakukan, sebelumnya Rasulullah lebih dahulu telah menyurati dengan baik-baik kepada raja-raja terkait dakwah ajaran islam. Namun ada yang menerima, menolak dengan baik dan menolak dengan keji yaitu dengan membunuh utusan.
Sedangkan perang yang dilakukan dimasa dinasti atau kerajaan memiliki motif yang berbeda. Tidak kita pungkiri bahwa ada motif perluasan kekuasaan yang bersifat politis. Sehingga tidak mengherankan bila sering terjadi perebutan wilayah antar kerajaan islam dan bahkan perebutan tahta didalam internal kerajaan sendiri.
Hal serupa juga terjadi pada sejarah islam di Nusantara, bahwa perang yang dilakukan oleh kerajaan islam tetap ada motif perluasan wilayah kerajaan dan kekuasaan. Berbeda dengan awal persebaran islam di Nusantara melalui perdagangan yang ditawarkan dengan suka rela.
Dengan begitu, perang yang dilakukan pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyiddin merupakan upaya melindungi diri dari ancaman musuh seperti pada perang Badar, Uhud, Khandaq dsb. Sedangkan ekspansi yang dilakukan karena raja yang menolak perintah Allah dengan keji dan membunuh utusan.
Namun perang yang dilakukan dimasa kerajaan selain misi dakwah, terdapat motif perluasan kekuasaan (politik). Hal ini dilihat dari sering terjadi perang perebutan wilayah antar kerajaan islam sendiri dan bahkan perebutan tahta di internal kerajaan.
Namun perang yang dilakukan dimasa kerajaan selain misi dakwah, terdapat motif perluasan kekuasaan (politik). Hal ini dilihat dari sering terjadi perang perebutan wilayah antar kerajaan islam sendiri dan bahkan perebutan tahta di internal kerajaan.