Pmkotagede.org – Pada saat umat islam mendapat tekanan yang luar biasa oleh kafir Quraisy di Mekkah, Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah (sekarang Ethiopia). Sebuah negeri yang dipimpin oleh Raja Nasrani ahli kitab yang adil dan bijaksana, raja itu bernama Najasi. Ekspedisi menuju negeri Habasyah dipimpin oleh sepupu Rasulullah Jafar bin Abu Thalib. Jafar adalah sosok yang begitu dekat dihati Rasulullah SAW. Rasulullah SAW memilih Jafar untuk memimpin rombongan hijrah ke Habasyah karena Jafar memiliki akhlak. Akhlak Jafar yang baik membuat orang lain bersimpati dengannya. Selain itu, Jafar juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Keahlian ini sangat dibutuhkan ditengah wilayah nasrani.
Perjalanan rombongan Jafar ternyata tetap terdeteksi oleh tokoh Quraisy. Khalid bin Walid yang kala itu masih musyrik mengejar rombongan Jafar, namun tak terkejar. Kemudian diperintahkan Amr bin Ash untuk membawa pulang rombongan Jafar. Amr bin Ash memiliki kedekatan dengan raja Najasi. Amr bin Ash kemudian bertemu dengan Raja Najasi dan menghasut raja Najasi agar menolak kaum muslimin di negerinya. Raja Najasi sebagai raja yang bijaksana tidak asal menerima perkataan Amr. Dipanggilah Jafar dan rombongannya ke istana.
Datanglah rombongan Jafar ke istana. Disaat semua orang yang hadir dalam istana menunduk kepada raja Najasi, kaum muslimin tidak melakukan itu. Kemudian Raja Najasi bertanya, “Apakah kalian hanya menunduk kepada Nabi kalian?”.
Jafar pun menjawab “Tidak, kami hanya bersujud kepada Allah SWT, Muhammad hanyalah utusan Allah.”
Amr bin ash kemudian mengajukan pertanyaan, “Kalau Muhammad adalah Nabi, lalu apa mukjizatnya? Apakah bisa terbang? Menyembuhkan orang sakit? Atau menghidupkan orang mati?”
Kemudian Jafar bin Abu Thalib menyebutkan Al Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW. Amr bin Ash menghasut lagi raja Najasi bahwa alasan Al-Qur’an sebagai mukjizat terlalu lemah. Hanya sebuah kalimat-kalimat yang bisa saja seseorang yang membuatnya. Raja Najasi yang tidak menerima alasan lemah itu hampir menolak kaum muslimin.
Namun Jafar menjelaskan kedatangan kesini dan kondisi Mekkah sampai adanya cahaya hidayah Allah melalui Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. “Kami datang kesini untuk menghidari penindasan. Muhammad menyuruh kami kesini karena engkau raja yang adil. Sebelumnya masyarakat kami adalah Jahiliyah, kami menyembah berhala yang kami buat sendiri, memakan bangkai, berbuat keji dengan tetangga dan yang kuat menindas yang lemah, sampai Allah mengutus seorang utusan dari kami. Sebelum Allah mengutus Muhammad menjadi Nabi, kami orang Mekkah telah mengetahui terlebih dahulu bagaimana kemuliaan, kejujuran dan amanahnya. Kemudian Muhammad menyeru kepada Tuhan yang Maha Tunggal, membebaskan kami dari berhala-berhala yang terbuat dari batu dan kayu.”
Kemudian Jafar menjelaskan apa yang diserukan oleh Allah SWT. “Tuhan kami menyerukan untuk menunaikan sholat, berkata jujur, berbuat adil dan menyambung silaturahmi serta tidak membunuh.”
Raja Najasi mulai tertarik, dan meminta Jafar menjelaskan lebih lagi tentang Tuhan mereka. Kemudian Jafar menjelaskan bahwa Tuhan kami adalah Tuhan seluruh manusia, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh manusia, Tuhannya Ibrahim, Musa, Zakaria, Yahya dan Isa. Allah menurunkan wahyu kepada mereka sama seperti apa yang diturunkan kepada Muhammad. Kami tidak membedakan para rasul.”
Raja Najasi tercengang mendengar perkataan itu, bagaimana mereka bisa mengetahui nama-nama itu, padahal kondisi kotanya yang jahiliyah. Lalu Raja Najasi bertanya, “darimana kalian mengetahui nama-nama itu?” dan Jafar menjawabnya “Al-Qur’an”.
Raja Najasi mulai percaya bahwa Al-Qur’an adalah mukijzat yang besar. Raja Najasi mengatakan bahwa agamaku dan agamamu sebetulnya berasal dari sumber yang sama. “Lihatlah dua lubang cahaya diatas, dua cahayanya berasal dari sumber yang sama. Seperti agamaku dan agamamu.” Jafar pun juga menjelaskan kisah Maryam dan Isa yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Maryam ayat 18 – 21. Isinya yang disampaikan Al-Qur’an dengan ajaran yang dipahami Raja Najasi tentang Maryam dan Isa pun sama.
Akhirnya Raja Najasi tidak menyerahkan kaum muslimin kepada Amr bin Ash. Bahkan raja Najasi mempersilahkan kaum muslimin hidup dengan damai dinegerinya. Dialog-dialog Jafar bin Abu Thalib mengantarkan Raja Najasi memperoleh hidayah Allah dan masuk islam. Namun karena kondisi politik kala itu, membuat Najasi menyembunyikan keislamannya. Hal tersebut terungkap ketika Raja Najasi meninggal, Rasulullah mendapat wahyu dan memerintahkan kaum muslimin di Madinah untuk mensholatkan secara ghaib jenazah raja Najasi yang berada di Habasyah.
foto : sirah-nabawiyyah.blogspot.co.id